Makan….adalah proses dimana seseorang berusaha untuk mempertahankan kehidupannya, me-refill kemampuan diri untuk kemudian beraktifitas di waktu berikutnya. Dimana makan secara biologis, kimiawi, fisiologi bahkan secara matematika sekalipun amat dibutuhkan oleh seorang manusia, hewan, tumbuhan dan setiap makhluk yang menyatakan dirinya “makhluk hidup”.
Namun, sisi indah dari proses ketika makan adalah saat acara makan menjadi suatu ajang komunikasi dari hati ke hati, investigasi ringan, laporan harian, sampai review kondisi terkini dari setiap peserta makan itu sendiri.
Aih…aneh-nya sudut pandang tulisan ini... *he..he….* Tapi, sungguh ! sebenarnya tulisan ini hanya ingin mengulik sedikit tentang ‘kecemerlangan’ makan bersama. Makan bersama keluarga inti, makan bersama keluarga besar, makan bersama teman, bahkan makan bersama calon keluarga besan (kyaaaaaa..kalo untuk yang ini saya pass dulu…soale ndak berpengalaman he..he…).
Duduk bersama dalam sebuah ruangan, membicarakan suatu hal yang berat terkadang terasa seperti sebuah ‘pengadilan’ kecil bagi seseorang. Karena ia merasa terhakimi, tertuduh, tersangka dan ter-pojokkan dalam berbagai situasi berat yang menghimpitnya..maka tatkala kumpulan itu justru berada di ruang makan, tak perduli besar ataupun kecil, mewah ataupun sederhana minimalis, suasana akan menjadi begitu hangat, kondusif dan ‘tersamarkan’ dari pengadilan kecil yang mengerikan.
Ketika seorang anak berada di meja makan ‘berjuang’ dengan ayam panggangnya, sup makaroni-nya atau bahkan dengan martabak mesirnya (ahayyyyyyy rindu dengan martabak satu ini…glek..glek..) dan di saat yang sama orang tuanya dengan aktif bertanya tentang bagaimana sekolahnya, teman-temannya, guru-guru, pelajaran yang diberikan. Ia tidak akan merasa bahwa ia sedang ‘diinvestigasi’ oleh orang tuanya. Apatah lagi jika suasana yang terbangun adalah suasana santai penuh keceriaan. Ia takkan merasa bahwa orang tuanya saat itu sedang meng’investigasi’ dirinya sekaligus disaat yang sama membangun sebuah ‘jembatan hati’ antara anak dan orang tua. Jembatan komunikasi yang akan mengajarkan seorang anak untuk selalu terbuka kepada orang tuanya dalam segala hal….segala hal.
Alangkah riuh rendahnya tatkala seluruh keluarga besar berkumpul, dari pihak ayah ataupun ibu atau bahkan keduanya dalam suatu acara ‘makan’ yang hangat. Karena dari sana, akan muncul berbagai macam informasi, ide-ide baru bahkan bisnis baru yang dapat memberikan kebaikan untuk semua pihak.
Tatkala sebuah ruangan kecil berisi 5- 6 orang remaja duduk bersila sambil menikmati makan malam mereka. Maka, sesungguhnya mereka sedang merenda sebuah ‘networking’ akan masa depan. Menjalin persahabatan tak semudah menemukan seorang musuh, seperti yang selalu dikatakan pepatah. Persahabatan erat kaitannya dengan mengembangkan sayap kebaikan seperti seorang penjual parfum ataukah mengikat seseorang dengan kukungan ide buruk layaknya berteman dengan seorang pandai besi. Persahabatan yang dirangkai sejak usia belia tak jarang dibangun dari rasa kebersamaan, rasa kenyamanan dan rasa kepercayaan. Inilah yang memantapkan rentangan tali dari tali yang hanya berjenis rapia hingga menjadi tali tambang yang kokoh.
“Komunikasi”..komunikasi yang terbangun untuk mewujudkan saling pengertian adalah jembatan yang kokoh untuk menjalin hubungan baik hubungan terhadap orang tua, saudara, teman, bahkan seorang musuh sekalipun [karena tak jarang, melihat diri kita dalam perspektif seorang musuh justru dapat mengevaluasi diri kita sendiri]. Media, makan bersama selalu menarik untuk digunakan sebagai jembatan komunikasi antar seseorang yang satu dengan yang lain. Barangkali karena itulah, ketika seorang calon mertua ingin melihat ‘sosok’ calon menantu-nya, ia akan mengajaknya makan malam. Saat seorang pebisnis ingin mempermudah urusan bisnis, ia pun akan mengajak partnernya makan siang di suatu tempat. Dan bagaimana, seorang anak merasa nyaman bercerita tentang kesehariannya di atas meja makan ketimbang berada di ruang tamu saat menonton televisi [karena fokus utama dari ruang tivi adalah untuk menonton televisi, bukan begitu ?]
Hingga mengobrol saat makan, rasanya bukanlah suatu hal yang salah, bukan ?
(maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
Setuju. Saat makan bersama terasakan bagai sedang terjalin komuniksi antar hati yang ada di samping meja makan itu.
(maaf) izin mengamankan KEDUA dulu. Boleh kan?!
Jadi ingat, katanya nabi muhammad setiap makan gak pernah sendirian. pasti mengajak orang lain.
Kadang di budaya daerah tertentu memang dianggap kurang sopan, but I think, membicarakan hal2 yang ringan saat makan bukanlah hal yang buruk π
hwaaaa… kangen makan bareng dirumah. hampir tiap hari klo makan malam dirumah pasti rame2, duduk dilantai :). klo pas ada sanak keluarga yg datang kerumah, abis makan masih aja tetap ngobrol, hehe.
nah karena ga punya ruang makan khusus biasanya ngobrol keluarga pas makan ya sambil nonton tipi gitu :p
Jadi kangen makan bareng keluarga >_<
Iya saat makan bareng itu sambil nanyain ade2 gimana sekolahnya dan sharing2 soal hidup dan everything in between. Salah satu tempat belajar juga ini π
Tentu, tahun depan balik ke Bandung π
besyukur ya kalo masi bisa kumpul bareng di meja makan sama keluarga. sesi makan bersama itu memang salah satu perekat hubungan dan komunikasi… jadi kangen…
Benar sekali, saat makan memang saat berkomunikasi dengan anggota keluarga atau teman (kalau makan bareng teman)… π
3S, sangat sangat setuju, tapi sayangnya sekarang ngumpul bareng makan di meja bareng keluarga cuma bisa setahun 2-3 kali. Benar-benar kenangan yang indah… jadi kangen rumah.
betul kadang2 malah komunikasi saat makan dianggap pamali, padahal komunikasi sambil makan di meja makan sekeluarga bagus kok sebagai ajang komunikasi antar anggota keluarga klo keluarga punya kesibukan masing2..mereka bisa disatukan dengan makan bersama dimeja makan π
Jadi kalo saya ke Pekanbaru lagi, ada alasan buat makan bareng kan…? hahaha…
kalo makan bareng kayanya seru banget π
Sayang saya jarang pulang…
Pa kabar, Put..?
Lama tak bersua.. π
Hmmmm..
Jadi ingat masa-masa makan berjamaah nasi padang bungkus tiap Jumat saat acara Keputrian dulu..
Hehehe..
jadi ingat saat ruang makan keluarga saya masih luas… memang komunikasi di atas meja makan punya arti tersendiri π
aku makan bersama keluarga besar pas lebaran put,coz disitulah baru n9umpuls emua..
seruuuu….. aku suka π
jadi kan9een makan bersama..
aji makan pasti bersama-sama, khan masih disuapin…….
Makan bersama itu memang “ritual” yang tiada duanya …
mangkanya suka heran kalau ada keluarga yang bilang …
aduh kami semuakan sibuk … mana sempat makan bersama-sama dirumah …
segitu pentingnya kah “sibuk” itu dibanding makan bersama di rumah …
Salam saya Poet
mang makan adalah suatu hal yang menyenangkan buat berkomunkasi, tapi ditempat ku tak pernah adanya ritual yang namanya makan bersama
cuma makan kalo lapar doang, cz terbentur ma kesibukan
oh ya salam kenal bos
saalamm kenal… Makan bersama merupakan moment yang bagus untuk lebih mempererat komunikasi dalam keluarga… Suatu ritual yang sangat sayang jika jika dibiarkan hilang…
kunjungi juga ya blog saya di ichwana.blogdetik.com dan di blog.unand.ac.id/ichwana
terima kasih….
Makan, komunikasi, makan komunikasi, makan dulu deh. hehehe
putri,sehatkan?
jika sempat kami mengundan9 putri untuk meramaikan kontes fiksi mini
kami tunggu di http://akubunda.wordpress.com/2010/05/16/wi3nda/
trimakaseee π
*salam wat upin ipin yaaaa π *
…temen-temen,
mampiriah ke blogkuuu, aku lagi ikutan lomba blog niihh,jangan lupa
kasihcoment iahhh,, kontribusi kalian sangat berarti …langsung klik
iniiah : http://pelangiituaku.wordpress.com/2010/05/10/seorang-cowok-menjaga-kesehatn-kulit-wajar-nggak-sih/ … semangat blogger 2010 !!!! makasiihh ^_^ …
Saya juga sering banget ngobrol setelah makan bersama, baik itu di meja makan atau di tempat lain. Malah, kadang-kadang waktu ngobrolnya lebih lama dari makannya. Makan cuma 15 menit, ngobrolnya bisa sampai 30 menit. Makanya biasanya lebih banyak minum daripada makan. Hehe!
kalo dikeluarga saya sih selalu makan bersama…gada acara makan sendiri….harus nunggu , kecuali memang urgent dan orgnya gada mau ga mau makan sendiri…
Q puut… ganti dong themenya..pusing niiiiy hehe
Sudah lama tidak mampir
Dulu ada orang yang berkata :
“Yang membuat sebuah perjalanan berkesan bukan kemana kita pergi, tapi bersama siapa kita pergi”
dalam hal ini mungkin, perjalanan bisa diganti dengan kata makan π
Ping balik: NINE FROM THE GIRLS #2 | The Ordinary Trainer writes …
Hhahahahah…makan itu ritual menyenangkan ya… apalagi kalo makanannya super enak dan ditambah dengan cerita lucu dan ringan…tapi kalo berat2 rasanya kok malah mengurangi selera makan π
xixixixi…kalo di rumah Oyen mah, suka pada makan sendiri2 π
apa kabar Mbak π