*Gambar di comot via mbah google*
Ada hal menarik ketika aku berada di sebuah lounge room sebuah bank syariah. Sebuah logo tertempel di dinding lounge room bank itu. Logo sederhana yang juga tak bergambar itu menyampaikan makna yang dalam,
“Area Bebas Riba & Rokok ” *sebenarnya susunannya memakai bentuk ‘pecahan’...*
Tak salah rasanya saat kemudian pikiranku pun melayang saat masa-masa orientasi mahasiswa dulu *rada-rada memorable, nih…he..he..*.
Ketika itu, seluruh mahasiswa baru yang sudah dikelompokkan diharuskan membawa sebungkus rokok yang kudu dibawa keesokan harinya. Terus terang saat itu, ‘perintah’ ini sangat tidak sesuai dengan pemikiranku dan teman-teman kelompokku. Maklum kami masih bau kencur dan sangat idealis. Sebelum bubar, kelompok kami pun mendiskusikan ‘perlengkapan’ aneh yang harus kami bawa itu.
Selesai diskusi, salah seorang teman pria bertanya tentang merk apa yang harus kami ‘serahkan’. Reflek aku pun berkomentar,
“Terserah kalian sajalah…Kalian khan lebih tahu…”
Ia langsung sengit, “Eh, jangan salah…gini-gini aku gak ngerokok. Mana aku tahu soal merk-merk yang ‘rada aman’…”
Aku dan beberapa orang teman perempuanku langsung memandangnya tak percaya, Benarkah ? Wow, mantap sekali ! *Jangan heran gitu…Hari gini sangat susah menemukan pria yang tidak merokok*
Jadi, kok susah, ya, menemukan anak muda yang tidak merokok ?
Hampir di setiap sudut jalan aku menemukan pria-pria perokok bahkan aku pernah mendapati seorang anak kecil berusia *kira-kira* 10 tahun merokok. Entah apa yang ada dipikiran anak kecil itu hingga ia ‘berani’ untuk merokok. Apa ia tidak tahu bahwa rokok itu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tubuhnya ? Terhadap kesehatannya ? Bahkan uang sakunya ? Kalau menilik dari keadaannya, kupikir ia bahkan tidak sekolah..Argh… Sungguh Ironis !
Lalu bagaimana dengan para pria parlente yang berdasi dan memakai mobil mewah dan masih sempat-sempatnya menyelipkan sebatang rokok di jari mereka ? Saya yakin mereka adalah orang-orang terpelajar yang sangat paham akan ‘bahaya rokok’ tapi kenapa ‘kebiasaan buruk’ itu tidak berubah.
Rokok bahkan lebih penting dari kebutuhan primer. Amat mengejutkan saat seorang pria tua yang mengatakan bahwa ia lebih memilih merokok ketimbang mencukupi kebutuhan pangannya. Padahal kehidupan sudah ‘memaksanya’ untuk lebih realistis, ada prioritas yang seharusnya diutamakan…*namanya saja sudah prioritas, ya, tho ?*. Miris hati ini mendengar bahwa sebatang rokok lebih berarti dari pada sekilo beras…*Barangkali efek racun dari rokok-kah ? Hingga mereka pun tak bisa berpikir jernih*
Anak-anak SMP sampai bangku kuliahan pun ikut-ikutan ‘berpartisipasi’ dalam lomba ‘asap’ ini. Entah apa yang ingin mereka tunjukan, kejantanan ? modern ? gaul ? Kurasa hanya orang-orang yang tak mengerti dari ‘makna jantan’ dan ‘gaul’ lah yang sebenarnya mengalami kemunduran pikiran dan ide. Ketika orang-orang menjauh dari rokok karena pikiran mereka secara ‘cerdas’ mengetahui dampak ‘berat’ dari rokok, mereka justru mendekatinya…Pikirkanlah secara cerdas dan jantan….!
Bukankah cerdas, tatkala kita mengetahui ternyata suatu barang itu BURUK maka kita tidak akan menggunakannya ?
Bukankah adalah suatu KEBERANIAN, tatkala seseorang menyodori kita rokok lalu kita mengatakan dengan tegas bahwa kita tidak merokok ?
Bahwa rokok BUKANLAH sesuatu yang CERDAS….apalagi MEMBANGGAKAN…!
Kalo begitu kenapa di setiap kemasannya rokok selalu menyertaikan ini:
“MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN”
Mulailah berpikir cerdas, kawan !
salam buat putri
rokok dan tembakau
interesting and sensitive issues
semua orang memang tahu bahawa rokok itu
membahayakan kesihatan
tapi
guru-guru di sekolah masih lagi
menghisap rokok ( walaupun secara sembunyi-sembunyi )
tanaman tembakau masih lagi menjadi sumber pendapatan
sebahagian rakyat di dunia ini
cukai hasil jualan tembakau tetap diperlukan oleh kerajaan
memang ada ‘conflict of interest’
yang penting sekali kita mesti cuba menasihati
orang-orang yang rapat dengan kita untuk
berhenti merokok
sorry fellow smokers
miris rasanya
Alhamdulillah aku kini bukan perokok
Tapi bukan berarti dah ga muda lagi lho 😀
wah, berarti upin termasuk pria langka yang sulit ditemukan donk put?
berarti harus dilestarikan juga neh… 😆
😆 saya masih blom bisa stop rokok 😆
syelvia wrote : Jangan heran gitu…Hari gini sangat susah menemukan pria yang tidak merokok*
Jadi, kok susah, ya, menemukan anak muda yang tidak merokok ?
masih banyak kok anak muda yg tidak merokok, buktinya ketika sy dulu di STM yg terkenal anak nakal, hampir 80 % teman-teman nggak merokok.
perlu penyadaran yg kontinyu dan proses pemahaman yg panjang buat meninggalannya, karena memang rokok itu ada candu. jadi susahh utk di hentikan. bukan tidak tahu bahaya merokok, tapi kecanduan yg jadi kebiasaan.
saya merokok juga tapi kalo lagi digunung!
merokok bisa mengurangi rasa dingin!
wkeekekkeek!
hayo, sudah ikut Blog Action Day 2008 belum?
Aiya neeh sepertina rokok da jadi candu yakh..?
tulisan ituh hanya sebuah pengingat put,tergantung pribadinya seeh apakah mau mengindahkan tulisan ituh ato tidak,berpulang ke pribadina dech..heheeh..
bener apa yang kamu tulis Putri.
tapi…ada tuh kejadian seseorang pas lagi approach aku
dia tahu aku ngga suka perokok, jadi dia berhenti merokok.
Wah aku oikir dia cinta nih sama aku…
tapi lama-lama …aku merasa ngga cocok sama dia
so putus deh… dan dia ? ngga tau apa merokok lagi atau tidak heheheh
Tapi, suamiku sekarang perokok. stress kerjaan. aku udah ngga bisa bilang apa-apa lagi. Jadi aku suruh dia ikut asuransi jiwa aja. biar hidupnya bisa berharga nantinya hahahhaha.
jangankan pemuda, mahasiswa kedokteran aja masih ada yang ngerokok…
jadi inget fatwa MUI tentang haramnya rokok Put. Aneh soalnya fatwa itu juga ada yg menentang dr kalangan yg anti rokok. Di satu sisi mreka ngeliat rokok itu berbahaya bagi kesehatan, tp di sisi laen mreka jg ngeliat banyak masyarakat indonesia yg kehidupannya bergantung pd rokok. Dr mulai petani cengkeh sampe buruh pabrik rokok. Belon lagi pajak negara dr industri rokok termasuk yg terbesar. INi mgkin jadi diskursus yg panjang 🙂
Sebenernya, ntuk melihat suatu kebiasaan jelek bertahan lama ato tidak, bisa diliat dari suku yang masih primitif. Liat deh yg namanya pembunuhan, pelacuran..itukan dari dari dulu dah ada, di suku2 primitif juga ada..termasuk menghisap roko..
Ogut bukan mo menyamaratakan suku primitif ma para peroko..coz para kepala suku itu masih lebih baik hehe..
buktinya ..
mereka hanya meroko di komunitasnya, kalo di kita..hihi ada nak kecil juga cuek bruuur..
Assallammualaikum. (maaf kalau kebanyakan kata2)
Merokok ? Hmm..saya sempat pernah merokok, namun tidak pernah candu, saat ini saya sudah stop merokok. “Tuhan Sembilan Senti” makin merubah pola pandang saya terhadap rokok.
Banyak pro dan kontra soal ini dan memang butuh kesabaran atau mungkin pada saat sakit itu datang (kalau sudah datang, barulah sadar betapa berharganya kesehatan itu) untuk merubah agar orang berhenti merokok.
Saya tidak pernah mau “dikondisikan”, saya yang mengatur, bukan malah keadaan yang mengatur. Otak saya perintahkan untuk menolak rokok, kecuali jika tidak memiliki otak (dulu saya juga pernah tidak “berotak”). Awalnya saya berfikir, kok bisa ya ada orang ditusuk-tusuk pakai jarum/paku tidak merasa sakit sama sekali, hal ini jauh dari mistis, setelah diteliti ternyata rahasianya pada konsentrasi pada pikiran, ya lagi-lagi perintah pada otak.
Syukurlah, kami bukan keluarga perokok, malah abang saya sama sekali tidak pernah merokok.
Mengenai “ketakutan pertimbangan sana sini” semoga kita bisa meniru Singapore, Hongkong, Skotlandia atau New York.
Menurut saya kuncinya adalah meningkatkan kesadaran akan bahaya rokok. Tapi ya..kembali lagi kalau tidak sadar alias tak punya “otak” ya gak bisa juga. Yuk mari kita makan “otak-otak” 🙂
yang miris : pengamen dan pengemis ngerokok..
sejak itu ane selalu berpikir berkali-kali sebelum memberikan uang kepada mereka..
yang buat lebih miris lagi :
perokok yang merokok di tempat umum…
kasihan yang disekitarnya..
Horeeee..aku juga ga merokok ko,Mbak… 🙂
^_^ Masalah klasik.
Di Forum Sains saja, thread tentang rokok ini, gak ada habis-habisnya. Tapi teteup aja, pada gak mau ninggalin bahayanya rokok. Pucieng.. pucieng…
Bahkan, teknologi semakin maju, ada tuh rokok elektronik (pernah saya bahas di Forum Sains). halah.. halah…. Pernah ada yang buat sensasi rasa lain, tanpa nikotin dan zat2 berhahaya lainnya. Tapi gak pernah berhasil..
alhamdulillah teman2 sekantorku gk ada yg perokok, begitu jg di rumah *ya iyyalah…..orang cuman me and mom doang 😀 *
tp klo di angkot….fuh…….jangan harap deh bebas asep rokok
Assallammualaikum .
Dear Putri, mohon di koreksi ya, karena saya itu saya tidak sedang emosional. Mungkin karena bersemangat berkomentar jadi terkesan emosional. Maaf ya..
Terima kasih.
weh rokok mah enak euy,rasanya manis bisa di emut2 lagi, harganya gopek dapat 2, ayo Rokok apa???anak2kecil suka sekali membelinya,dan nggak ada peringatan ” merokodapat menguras kantong sendiri” ayo siapa yang tagu????
tapi kadang aku suka kesal ama pakguru, ( tapi nggak semua sich) jelas2 ada larangan ngerokok, tapi tetap aja merokok, gimana siswanya nggak meniru wong tauladannya aja melanggar aturan, ya nggak put???
up to y.. merokok menyebabkan penyakit jantung dll..
http://www.asephd.co.cc
Alhamdulillaah saya ndak merokok…
Memang susah menghapus rokok sekarang ini secara total…banyak pertimbangan katanya.
Kalau saya sih setuju dengan fatwa haram rokok…
Kalau alasan ekonomi dan lahan pekerjaan insya Allah nanti juga ada gantinya.
Apa kalau ada pabrik minuman keras yang mempekerjakan banyak orang muslim terus miras tidak boleh diharamkan dengan alasan ekonomi?
hs…hs.. atur nafas dulu
Pernah dulu waktu SD (he3) merokok, penasaran soalnya.
Tapi, sykurlah sekarang tidak. Ingin jadi orang sadar kesehatan soalnya… 🙂
duhh… tersindir bgt nihh saya, harus segera melakukan pembelaan :
1. Saya perokok aktif tapi konsekuen karena saya membeli rokok dari jerih payah kerja sebulan saya..
2. Saya perokok yang toleransi thd orang lain , saya biasanya tidak merokok di sekitar orang non-perokok… mending saya menjauh dehh. kadang2x thd teman baru yang saya ajak ngobrol juga sering saya tanyakan : “loe ngerokok ngga..? , kalo ngga. gw mao ngejauh dulu nihh”
3. Rokok men-stimulasi saraf saya (meningkatkan konsentrasi saya) yang mungkin berpengaruh pd kinerja saya sehari2x..
4. Saya juga membatasi rokok lohh… ngga di-porsir banget , seperlunya aja..
5. Dengan merokok berarti secara tidak langsung saya menghidupi buruh pabrik rokok ratusan ribu orang
hehehehehe… CMIIW (Correct me if im wrong)
Secondhand smoke, also know as environmental tobacco smoke (ETS), is a mixture of the smoke given off by the burning end of a cigarette, pipe or cigar and the smoke exhaled from the lungs of smokers. It is involuntarily inhaled by nonsmokers, lingers in the air hours after cigarettes have been extinguished and can cause or exacerbate a wide range of adverse health effects in children, including SIDS (Sudden Death Infant Syndrome), cancer, respiratory infections, ear infection and asthma.
Children’s exposure to secondhand smoke in Indonesia may be 43 Million.Around one-third of smokers – million people continue to smoke near children.Smoking by parents is the principal determinant of children’s exposure to secondhand smoke.
Please navigate to http://savechildfromsmokers.blogspot.com , and join this group : SAVE CHILD FROM SMOKE (Facebook Group) : working together make a smoke-free homes and smoke-free zones for all children. Dr Widodo Judarwanto, Jakarta Indonesia
teman saya pernah lihat ahli gizi ngotot setengah mati bhwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan , tapi setelah seminar, tetep tuh ngerokok… ironis. 🙂