APOTEK HIDUP

d

Coba tebak dimana pohonnya ? :d

Dulu semasa SD, saya sering sekali mendengar istilah apotek hidup. Rumah kita menjadi bagian dari proses penyembuhan. Bukan hanya sebagai tempat istirahat tapi juga sebagai apotek, dimana kita juga menggunakan tanaman yang ada di sekitar rumah sebagai obat.

Entah karena terinspirasi hal itu atau tidak, ibu saya pun menanam tanaman-tanaman hijau di sekitar rumah. Meski sebelumnya rumah tinggal kami ini telah ditumbuhi pepohonan (yang alhamdulillah berbuah 🙂 ), kedua orang tua saya tetap menanam beberapa tanaman baru.

Di bagian depan rumah ada pohon mangga, pohon suji, pohon rambutan, pohon nangka, dahulunya malah ada pohon cerri. Pohon cerri itu (jangan bayangkan buah cherry yang sering dijadikan hiasan di kue, ya ..he..he…), buahnya kecil-kecil (seperti cherry tapi lebih kecil) dan rasanya manis. Semasa kecil, kami sering sekali memanjatinya dan mengambil buahnya. Bahkan teman sepermainan pun turut berpartisipasi he…he…Berhubung, pohon cerri itu sudah lumayan tua dan sering memakan ’korban’. Karena lapuk, banyak pemanjat yang jatuh bersamaan dengan rontoknya cabang pohon tersebut. Akhirnya pohon itu pun ditebang dan diganti dengan pohon nangka.

Pernah suatu ketika saat akan membuat kue, kami harus memetik daun suji yang tumbuh di depan rumah. Dari sanalah aku tahu bahwa daun suji ternyata bisa digunakan sebagai pewarna makanan. Padahal dulunya kami menggunakan daun suji untuk main ’masak-masakan’ :). Dua buah pohon rambutan yang tumbuh di daerah perbatasan rumah saya dan tetangga menghasilkan buah yang rasanya agak berbeda. Pohon rambutan yang berada di bagian depan, lebih dekat ke jalan, mempunyai rasa yang agak asam daripada rambutan yang berada di dekat rumah. Meski demikian, warna merah menyala yang dimiliki si pohon itu tetap saja menarik minat pejalan kaki, terutama anak-anak sekolah, yang melintas.

Di halaman belakang rumah, ditanami tumbuhan obat dan bumbu dapur. Ada tanaman samiloto yang bisa digunakan sebagai obat pusing dan penurun panas dan jambu biji yang daunnya bisa digunakan untuk obat mencret. Pohon daun salam,serai, lengkuas dan tanaman katu biasanya digunakan untuk memasak sedangkan pohon pisang dapat diambil buah dan daunnya(apalagi kalo mau lebaran…daun pisang bisa digunakan sebagai pembungkus lontong). Kesemuanya ditanam untuk mempermudah aktifitas rumah.

Tetanggaku (dulu) pernah meminta daun jambu biji. Aih…kenapa pula minta daun jambu biji ? Pikir saya waktu itu. Maklum…kala masih kanak-kanak terkadang kita tidak begitu tahu manfaat tanaman yang ada di sekitar kita kecuali hanya menggunakannya untuk bermain. Saat itulah saya baru tahu bahwa pucuk dan daun jambu biji bisa mengatasi mencret. Lain lagi jika pusing dan demam menyerang, cukup memetik 3 atau 5 helai daun samiloto kemudian merendamnya di dalam air panas. Insyaallah sembuh….meski harus bertahan dengan rasa pahit daun samiloto.

Rasa-rasanya memiliki apotek hidup di rumah adalah suatu keuntungan tersendiri apalagi kalau disertai ’pasar buah’ nya juga he…he…Penyakit bisa diobati secara tradisional dan alami sekaligus