Melihat Hidup Menjadi Hidup

Terkadang hidup memberi terlalu banyak hal pada kita. Terlalu banyak hingga kita merasa tak sanggup untuk memopongnya pada punggung kita, pada bahu kita dan pada kekarnya otot lengan kita. Hingga kita hanya bisa mengeluhkan betapa beratnya hidup dan betapa menderitanya diri kita dalam menjejakkan langkah di bumi ini. Apapun yang terlihat di pelupuk mata adalah rasa lelah, penderitaan, kemiskinan, kemelaratan yang berleret-leret dan betapa tak berdayanya diri ini. Kita selalu memakai kaca mata yang salah…kaca mata ‘hakim’ yang kelirunya justru membuat kita ‘wafat’ meski dalam keadaan hidup sehat wal afiat.

Padahal, hidup juga telah mengajarkan banyak hal. Barangkali saking banyaknya kita tak sanggup menyimpannya dalam memori kita. Atau justru, kita dengan angkuhnya hanya meletakkannya dalam ‘recycle bin’ processor ulung anugrah Robb semesta. Pelajaran, bahwa selalu ada hikmah dibalik penderitaan, kemiskinan, kemelaratan yang berleret-leret, rasa lelah, dan sakit. Hikmah yang terkadang perlu waktu untuk diresapi, yang terkadang baru ter’absorp’ oleh kita melalui ucapan bijak orang lain, yang terkadang terefleksikan oleh berbagai permasalahan orang lain.

Kita hidup dalam masalah yang kita ciptakan sendiri.Benarkah demikian? Atau kita hidup dalam permasalahan orang lain ? Pentingkah kita mencari kambing hitam dari setiap hal ‘minus‘ yang ada di dunia ini ? Siapa yang ingin kita salahkan ? Siapa yang ingin kita hukum ?

Tak ada…No one

Hakim yang akan kita temui adalah diri kita sendiri, Pelakunya adalah diri ini Saksinya adalah hidup kita. Motor dan Kemudi adalah diri kita. Tak ada yang lain…tak ada…

Lihatlah, tatkala dalam kemiskinan seorang ibu bisa memberikan contoh agung makna kejujuran dan kesederhaan. Saat ke’papaan’ tak membuat seseorang jauh dari PenCiptaNya. Ketika lantunan doa mereka diterima langit dan didengar oleh Sang Penguasa. Saat kesabaran yang mereka tunggu kelak membuahkan generasi tangguh. Generasi yang akan membuat mereka terhormat tidak saja di bumi ini tapi juga di langit.

Kenali kebahagian meski itu hanya berupa noktah.Noktah, yang tak pernah kita anggap sebagai bagian dalam hidup kita. Saat kita menyadari betapa berbaik hatinya seseorang saat memberikan petunjuk jalan pada diri kita yang sedang tersesat di sebuah perumahan.Saat seorang yang tak kita kenal membantu kita membawa belanjaan kita.Betapa berbaik hatinya seorang teman menemani kita saat hati gundah gulana.Meski, ia hanya bisa berkata-kata lewat pandangan mata penuh simpatik.

Ketika Bunda menanyakan kabar saat kita nun jauh di sana. Segala omelan beliau, dulu, mestilah hilang tak berbekas. Ayahanda yang dengan setia menjemput dan mengantar kita ke sekolah. Candaan bahagia dengan adik-adik tercinta. Hal-hal kecil yang memperindah hidup kita. Hal-hal kecil yang bernilai ‘biasa’ saat dekat dan bernilai ‘luar biasa’ saat dilanda rindu.

Jadikan kebahagian kecil ini penyemangat hidup. Berjanji..berjanjilah akan memupuk kebahagian abadi di JannahNya kelak. Jangan biarkan rasa lelah, penderitaan, kemiskinan, kemelaratan yang berleret-leret dan betapa tak berdayanya diri ini menjadi barrier kebahagiaan hidup sekarang, kelak dan nantinya…..

Dudukkan diri ini, rapikan hati dan kita lanjutkan hidup dalam detik yang baru.Kita banyak belajar, sedang dan bahkan telah belajar tentang hidup. Tapi, kita hanya menjadikannya penghias buku semata.

*yang ingin terus hidup dalam kehidupan….

Gambar dicomot disini

33 pemikiran pada “Melihat Hidup Menjadi Hidup

  1. intinya selalu mencoba melihat segala permasalahan dr sisi positif ya Put. Bener kata Putri. Tp memang pd kenyataannya sulit sekali dilakukan. Apalagi kalau kita uda terlibat sedemikian jauh dengan kesadaran hidup di dunia dan melupakan kehadiran Yang Maha Kuasa. Kadang kita butuh “penyadar” seperti tulisan Putri ini 😀

    Iya, mas…melihat segala sesuatu dari sisi positif
    Memang sulit tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan, khan ?

    Bukankah kita selalu mengingatkan, mas sigit ?

  2. Tapi, kita hanya menjadikannya penghias buku semata.

    benar putri
    bahkan
    kita kadang telah menjadikan agama sebagai penghias KTP semata…

    Terima kasih untuk renungannya
    EM

    Bukankah agama adalah pagar diri, ya, mbak…?
    Bukan tempatnya sebagai penghias KTP..

  3. Hakim yang akan kita temui adalah diri kita sendiri, Pelakunya adalah diri ini Saksinya adalah hidup kita. Motor dan Kemudi adalah diri kita. Tak ada yang lain…tak ada…

    ia juga ya .. hhi..
    bener bgtttt

    🙂

  4. Teh Poe3, aku pejantan tangguhhh… Aduuuh, mesti ganti nama kali yak?!
    Btw, thanx 4 the wise post!

    He..he..
    iya mas silmi..maaf..
    setelah di cek-cek lagi baru ketahuan identitas mas silmi 😀

    Mohon maaf…maaf, ya, salah mengenali identitas 🙂

  5. ^_^ Ada kalimat hikmah yang pernah diucapkan oleh ust. Anis Matta, kurang lebih begini bunyinya : “Tiap jiwa adalah cermin besar yang akan memantulkan jiwa-jiwa lainnya dalam kehidupan”. Cukup lama saya berusaha memahami kalimat ini. Hingga akhirnya saya faham bahwa segala apa yang ada dihadapan kita, adalah hasil dari cara pikir kita sendiri. Karena kita hidup hanya berdasar persepsi semata yang hanya ada di benak kita.

    Dan postingan Putri ini, mempertegas maksud tersebut. Terima kasih Put…

    Perkataan Ust. ANis Matta itu dalam sekali, ya…

  6. Kadang kita merasa menjadi manusia yang paling menderita… padahal masih banyak yang lebih menderita dari kita…
    Nice posting


    Benar sekali, mbak…amat sangat sepakat..

  7. wahhhhh, maaf banget ya putri, baru ngeh dari aya chan & kak zen, kapan2 kita conference tentang agama ya ^__^, bisa minta nope kah???? ok sekarang jadi followernya putri ari, biar bisa ketahuan updatenya, ntar akan dilink blog di template ari yang baru hehehehehe, salam kenal ya, maaf banget belum sempat link blog ^^, tulisannya sangat berbobot euy , jadi minder T_T

    Boleh…senengnya..^^
    nope ? no hape-kah maksudnya ? ^^

    Aih..biasa aja, kok, ari san 🙂
    terima kasih atas pujiannya..Jadi melayang, nih. 🙂

  8. aku terpaku
    di atas batu
    yang membeku
    mengingatkan aku
    jalan berpaku
    yang kulalui tanpa sepatu

    apakah itu aku
    yang tertawa tanpa malu
    di atas batu
    yang membisu

    (maaf ya, putri. jika tutur kata ku jadi tidak menentu)

    hm…
    tertawa membantu melepas lelah
    saat beban terasa berat

    “jangan ragu
    tuk berjalan di atas batu
    meski ia selalu bisu tiada kata”

    [nice poem, bro…it’s ok…to describe your thought in different way] 🙂

  9. hidup bukan sekadar hidup……tapi menjadikan hidup lebih hidup itu lebih dari sekadar hidup…..
    nice post 🙂

    Yupe..setuju sekali
    Hidup menjadi hidup tatkala kita menghidupkan diri kita … 🙂

  10. melihat kehidupan orang lain yang lebih sukses dari kita, atau bahkan yang terpuruk sekalipun, juga bisa membikin hidup lebih bermakna… 🙂

    Benar…belajar dari segala hal yang terjadi di sekitar kita menjadikan kita sosok manusia yang lebih bersyukur

  11. Hmmmm Puuuuuuuuuuut..
    Disini juga adem ayem niy..heheh
    Ogut ga kemana2 ko..

    Tapi, postingan ini bikin warna baru hari ini buat ogut.. dapet inspirasi darimana Put..?


    adem ayem..soale yang empunya sibuk wara-wiri di blogsphere 😆

    inspirasi dari sebuah kejadian tragis yang merenggut kebahagiaan seseorang dan keluarganya..

    Apa warnanya, mas gempur ? Mudah2an gak merah, ya ?:D

  12. baca dari awal sampe titik terakhir tapi tetap gak ngerti 🙂
    klo saya sih … jalani aja apa adanya,
    ‘bekerjalah seolah kita akan mati seribu tahun lagi dan beribadahlah seolah kita akan mati esok hari’.
    Klo udah dijalani (usaha), yah tinggal tawakkal

    *btw, nyambung gak yah dengan postingannya 🙂

    Ketika kita menjadikan hidup kita lebih baik maka kita akan melihat ‘kesyukuran’ dari setiap detik perjalanan kita di dunia…

    *nyambung, kok… 😀

  13. Ketika beban sudah menumpuk, aku ambil CD-R untuk memback-upnya, sesekali defrag untuk menata lagi supaya beban kompi tua ini tidak lemot apalagi di upgrade, gag mungkin, lah…. mulai error, keknya kena virus 🙂

    selalu optimis, berdoa dan berikhtiar dijalanNya

    Pecinta komputer, ya, Pak ? 😀
    Sebuah analogi yang pas sekali…

  14. salam buat sang putri
    terasa ingin berkata-kata lagi…

    yang penting sekali dalam hidup ini
    adalah hidup seadanya
    gembirakan orang-orang di sekeliling kita
    gembirakan kedua ibubapa kita
    nescaya
    kegembiraan itu akan kembali kepada kita
    entahlah
    tapi aku memang sering gembira
    meskipun aku tak punya apa-apa

    salam, bro
    Kesederhanaan yang berbahagia karena bahagia tak hanya mampir pada toko-toko kaya ataupun istana megah milik konglomerat. Tapi juga milik gubuk-gubuk miskin di atas kali

  15. akhir-akhir ini gw sering mengeluh…
    tapi Allah memberi pelajaran lewat seseorang, yg membuat gw melihat diri ini sangat beruntung dalam hidup dan mendorong untuk menggembirakan orang lain….

    tulisan ini juga bikin gw merenung lagi….
    thx poet…

    [senyum aja deh]

    Alangkah beruntungnya mang kumlod
    Bisa menangkap ‘signal’ itu dengan tepat

  16. penuturan yang logis.. tidak perlu mencari kambing hitam, kita semua selalu mendapatkan apa yang memang pantas kita dapatkan…menuai sesuai dengan yang kita tanam…

    berbuat baik sebanyak mungkin hari ini, hari esok pasti akan jadi lebih baik…. 🙂

    (tukeran link sekalian ya mba)

    duninayawira


    Indah sekali…apapun yang kita tanam itulah yang kita panen 🙂

    OK, mas wira..sudah saya link…nantikan kunjungan saya, ya 😀

  17. Ping balik: #1 IBSN™ Blog Award Article | Kurang Kerjaan!!!!™

  18. WAW!!saya kagum sekali dengan tulisan km.. its very nice dan sangat logis ^__^ seperti refleksi atas fenomena kehidupan di dunia ini..thankyour for inspiring me ^__^
    salam kenal putri… 🙂


    salam kenal kembali, mbak indah 🙂

  19. Paling setuju dengan yang ini :
    Hal-hal kecil yang bernilai ‘biasa’ saat dekat dan bernilai ‘luar biasa’ saat dilanda rindu.

    Kadang kita merasa hanya sendiri..
    Seolah seisi dunia meninggalkan kita..
    Pada saat kita butuh sandaran..
    Padahal ada Allah yang selalu menemani..
    Yang tak pernah meninggalkan kita..

    Benar, zi..
    Hanya Allah SWT sajalah tempat kita bersandar…

  20. wah berbakat menjadi ahli filsafat ttg kehidupan nih mbak… dalam sekali maknanya.. salam kenal dan makasih telah berkunjung… saya link ya .. 🙂 semoga selalu dimudahkan urusannya dan semoga Allah selalu berpihak kepada kita dengan Hidayah dan Rahmat-Nya…


    Saya terima link-annya 🙂
    Amin ya Robbal Alamin..Terima kasih atas doanya..

  21. mencoba melihat hidup ini dengan sudut pandang POSITIF. menelaah hidup pada sisi POSITIF, sehingga mengarahkan jalan hidup yang POSITIF. dan melahirkan hasil yang POSITIF.

    maka, BERPIKIRLAH POSITIF!!!!

    Hidup positif berjalan positif..insyaallah..

Tinggalkan Balasan ke 3gitar Batalkan balasan