*Pic diambil dari http://www.istockphoto.com*
Ada sebuah perbedaan signifikan antara bus umum dan bus kampus. Bagi seorang mahasiswa dan ex-mahasiswa yang berada dalam kedua bus itu, ada sesuatu yang ingin aku share mengenai keduanya dan berada dalam bus untuk waktu nyaris 45 menit.
Semasa masih mahasiswa, bus kampus adalah angkutan murah meriah yang menyenangkan, terutama bagiku :). Kenapa ? Karena aku hanya perlu menaiki bus kampus untuk sampai di kampus dan pulang ke rumah dalam jangka waktu yang tidak begitu lama. Mengingat beberapa teman justru harus menambah angkutan lain setelah bus kampus ngetem di poll-nya.
Bus kampus kami memang tidak begitu mewah, dengan AC dan sebagainya, cukup sederhana, terawat dan bersih. Apatah lagi penumpangnya adalah orang-orang terpilih, calon intelektual muda masa depan (Cie…lebay gak, sih..he..he..). Biasanya para penumpang saling pengertian, jika ada yang merasa tidak nyaman dengan asap rokok, mereka cukup memberi isyarat dengan melambaikan tangan di depan hidung dan (biasanya) para perokok aktif itu pun akan mematikan rokok mereka. Beberapa dari mereka bahkan membaca buku di dalam bus, sebuah rutinitas yang agak sulit dilakukan jika kita berada di bus umum. Saking nyamannya, terkadang aku berkenalan dengan penumpang lain yang duduk di sebelahku. Bertemu kenalan baru di bus kampus lebih mudah ketimbang berada di bus umum. Dengan tersenyum dan bertanya kuliah di fakultas mana, kita bisa menambah teman baru, apalagi jika kita sering bertemu dan saling menyapa. Aku bahkan akhirnya mempunyai beberapa teman dekat hasil perkenalan di bus kampus. Dunia terasa teratur dan menyenangkan saat berada di sana.
Ketika masa-masa mendekati akhir ‘bergelar’ mahasiswa dan sampai sekarang, aku beralih menggunakan bus umum. Agak kontras (agak ?hm..hmm…) dengan bus kampus yang bersih dan terawat, bus umum jauh dari pemandangan itu. Apatah lagi jenis penumpangnya. Ada beragam jenis penumpang, mulai dari siswa sekolah, mahasiswa, orang kantoran, pekerja kasar, ibu-ibu, para pedagang, sampai nenek-nenek dan kakek. Bus umum adalah bus segala usia, segala pekerjaan, tidak memandang status dan sangat liberal. Amat jarang ditemui, seseorang yang membaca di atas bus umum. Entah karena situasi yang tidak mendukung atau bagaimana…Pernah suatu kali aku mencoba membaca di dalam bus umum. Hasilnya sukses membuatku pusing..padahal aku tidak pernah pusing saat membaca di bus kampus …errrrhh.
Kondisi bus umum yang menganut prinsip, ‘selagi masih ada celah, terus masukkan penumpang’, agak membuatku khawatir..Penumpang yang sudah sesak masih terus dijejali penumpang. Bau asap rokok, aura tubuh, bersatu padu dalam nyanyian bernada sumbang. Barangkali karena itulah, posisi di dekat jendela dan dekat dengan pintu keluar adalah posisi favorit, termasuk juga diriku. Setiap ada deretan bangku kosong, maka penumpang yang baru naik akan langsung mengambil tempat di dekat jendela. Merasakan angin sepoi-sepoi dan aroma jalanan membelai hidung rasanya sedikit mengobati ‘aroma’ yang lain. Lain ceritanya jika seluruh bangku sudah terisi termasuk bangku serep (baca:bangku cadangan), para penumpang mau tak mau harus berdiri di tengah koridor (jika lorong antara dua deretan bangku boleh disebut koridor 😀 ), bergelantungan pada sebilah besi panjang yang menggantung di langit-langit bus. Yang agak berbahaya adalah saat si supir bus dengan semena-menanya rem mendadak. Seluruh penumpang, apalagi yang berdiri di tengah akan secara naluriah terdorong ke depan karena mau tidak mau hukum Newton berlaku…”Aksi=Reaksi”.
Pernah suatu kali, seorang ibu-ibu terjatuh ke depan. Untung saja tangannya dengan sigap menahan bobotnya yang agak besar dengan bertahan pada bangku di belakang pak supir. Detik berikutnya, akan terdengar omelan dari sang ibu dan beberapa ibu-ibu yang lainnya karena ulah si supir yang ‘berandal’. Maka setiap kali dapat ‘jatah’ berdiri di tengah koridor, aku akan memasang kuda-kuda (he..he..lagaknya seperti ingin berlatih silat saja… 😀 ). Kaki kanan lebih maju beberapa senti ke depan dengan posisi badan tegap dan salah satu tangan berpegangan pada kursi atau besi pegangan. Oh…dan satu hal, bagi pengguna ransel dan tidak memiliki kantong baju lebih sebaiknya mempersiapkan uang untuk ongkos lebih dulu dan menempatkannya di tempat yang mudah terjangkau.
Ada satu hal lagi, yang kupelajari selama menjadi penumpang bus ini (bahkan sampai saat ini masih terus belajar he..he..) adalah bersikap gentlement. Saat secara tidak sengaja aku bertemu dengan seorang juniorku di bus. Ia yang duduk di sebelahku, dengan begitu gentle-nya, mempersilahkan seorang ibu-ibu berumur untuk menempati bangkunya ketika melihat sang ibu berdiri di pinggir pintu. Hal yang sebenarnya sepele ! Tapi ketika suasana penuh sesak dan seorang ibu tua berdiri dan bangku-bangku justru diduduki oleh pria muda yang kuat, pemandangan ini sungguh mengiris hatiku. Betapa tidak pekanya para pria zaman sekarang. Justru seorang kakek-kakek yang duduk di bangku depan yang malah mempersilahkan si ibu tua duduk di bangkunya. Subhanaallah…! Ntahkan ada degradasi nilai yang begitu parah hingga hal seperti ini pun luput dari perhatian kita…entahlah…!
Yang jelas…berada di dalam bus, baik bus kampus maupun bus umum, membuatku menghargai setiap hal yang terjadi pada diriku dan lingkungan sekitarku….
aduh aku udah lama ngga naik bus di jakarta…. takuttt
EM
Tapi kalo di Jakarta, naik bis umum itu kadang bikin kuatir kalo-kalo dompet dicopet dll 😆
yo….bangjo ngarep….bangjo ngarep kiri.
sik..sik..anggur-anggur…
pelannnn…balita..balita.
ayo merapat mas, mbak.
ibuu…itu tolong anaknya dipangku.
*kernet mode: ON* 😆
kalo naek bis, terkadang saya menemukan istilah2 baru or menarik dari si kernet. kayak contoh diatas itu tadi.
bangjo=abang ijo aka lampu merah.
anggur= penumpang yg turun/naik banyak aka rombongan. agar supir berhenti sdikit lebih lama
balita= biasanya kalo penumpang yg naek dah tua (kakek or nenek)
ya begitulah transportasi Indonesia scr umum. blum tertata en teratur. yg agak jengkel, kita sudah berdiri berdesak2an, eh….masih ada yg sempet2nya ngamen or jualan. arrggghhh…
BTW …
di Bus Kampus ada copetnya nggak ya ??
🙂
kalau saya jarang naik bus . . . . yang murah meiah aj KRL kalau pengin yang Enak ya BUSWAY
he he numpang mampir sebentar salam kenal ya!
klo jaraknya deket gak masalah mengalah buat ibu2… kalo jaraknya jakarta surabaya… hahaha.. saya yakin gak ada yg mau klo skrg ini 🙂
Assalamualaikum Putri.
It’s really fun reading this entry. I’ve never experience using a campus bus but public buses were well remembered. Yes, before I bought my car, I used to go to work by buses. Its an experience that I don’t want to repeat. Like what you’ve said, there’s so many ‘aura tubuh’ and smells that we have to endure. But that’s still ok. The worst thing that makes me don’t like using the ‘bus umum’ is the disturbance from boys and men who can’t put their hands at the right place.
Well, that was 7 years ago. Since then, I haven’t been on a public bus even once.
duh jadi kangen daik bus nih…
makasih ya dah diingatkan…
salam superhangat
kau memang cerdas
A kagum
Bus, Bus, Bus 😀
Menjadi gentlemen dengan memberikan tempat duduk kepada yang lebih tua itu memang siiip mbak, terpuji.
Tapi jika kita naik kereta api ekonomi atau bisnis dan selalu mencoba untuk menjadi gentlemen, maka kita ndak akan pernah dapat tempat duduk
Seperti yang tadi mbak sebut, pengelola kereta api juga menganut azas
😆
kini tinggal kenangan, saya mengalaminya waktu SMA bergelantungan dipintu
Btw, Bus Transmetro SAUM kpn yah mulai beroperasi di Pekanbaru..? Halte2nya dah pada rampung tu.. Katanya setelah ada SAUM, ‘bus umum’ dan angkot gak boleh beroperasi d tengah kota lg kan?
@Ikkyu_san
Kalo di Jakarta rentan ama Mr. C*P**, ya, mbak ?
@*hari
oOo..
begitu ternyata…
@just ‘azzam
iGak nyangka…Azam ada potensi terpendam…he..he..
Kalo di Pekanbaru…jika ada ibu-anak yang turun, kernetnya bakal teriak; BERANAK ! BERANAK ….xixixixi
@nh18
Sepengetahuan Put, alhamdulillah gak ada, pak… 😀
@masnoe®
Salam kenal masnoe…
Kalo di Pekanbaru gak ada kereta api, mas…Adanya bus kota ama oplet…he..he..
@ceznez
Betul, pak….
Kalo Jakarta-Surabaya sepertinya gak bakal ada yang ‘semulia’ itu….*sambil mikir2 nginget iklannya Fedi Nuril yang di kereta malam..he..he..*
@KakChik @ Sis. Nor
Waalaikumsalam Kakchick
Lot of experience with ‘aura tubuh’, didn’t it, kak? he..he.
Part of mine too… 😀
Maybe somedays u should try to be a public buses passanger again 😆
@cenya95
He..he…
duh yang punya kenangan dengan bus… 🙂
@achoey
Aih, kang achoey…
Cerdas di bagian kuda-kuda, maksudnya ?
@sigid
he..he…
Iya, mas sigid…Kasus yang saya paparkan memang lebih ke bus dalam kota … 😆
@sunarnosahlan
Ada niatan untuk mengulang kenangan kembali, pak ?
@UchiE
Iya, chi…entah kapan bakal beroperasi…Tapi seharian ini sudah ngelihat Bus Trans wara-wiri di Sudirman….
Pengin jadi penumpang setia-kah, chi ?
Apa ada jalur yang ke Sigunggung ? he..he.. 😀
yang jelas saya jarang sekali naek bus… soalnya punya penyakit mabuk darat… kalau sampeyan singgah dikota saya (solo) ketika melihat angkutan yang satu itu rasanya sangat mengkhawatirkan. penuh sesak, bejubel, paksa angkut aja. tanpa memperhatikan keselamatan penumpangnya 😦
putri da selese kuliana?
da wisuda?
selamat yaa..
* sipika cipiki…
welkam to real world 😀
tiap hare naek bis,ya be9itulah put..kondisina..
kadan9kala dilema ju9a,tapi klu nenek2 sama kakek2 pasti aku kasih tempat duduk,meski akhirnya diriku harus lemes terduduk karna nda kuat berdiri dan menan9is heheh…
klo bus kampus ada yang ngamen juga ga put? :))
bus kita menunjukkan beragam warna didalamnya isitlah kata bus itu disayang dan dibenci….sayangnya keberadaan mereka jarang diperhatikan dalam hal peremajaannya
klo soal transportasi, indonesia masih harus banyak belajar menertibkan armada dan penumpangnya. butuh kesadaran tinggi dari setiap individu agar transportasi umum negara kita menjadi lebih baik.
*klo disini, naek apapun enak 🙂
di kampus ku ada angkutan mahasiswa (sama ya… he)
sekarang sudah tidak berani lagi, melihat saja sudah ngeri, entahlah dulu begitu cukenya bergelantungan i pintu bus
@mata
sepertinya..mirip2 ama yang di Pekanbaru, tuh, pak..he..he..
@wi3nd
Iya, mbak..udah wisuda-an..lama pula 😆
*cipika-cipiki ama mbak Wiend*
Salut, deh, ama mbak Wiend…Gentlement sejati, nih…!!
@emfajar
Ada juga pengamen yang nekad ‘ngamen’ di bus…Tergantung mood dari si supir ato kenek Bus Kampus juga, sih…he..he..
@omiyan
Betul sekali, pak …!!
Put sepakat sekali…:D
@nra
Iya, nra…Indonesia masih harus berbenah, nih…
*Ampyun, deh, Nra..kalo semuanya disamain ama Taiwan…bisa-bisa Pekanbaru jeblok di urutan terbawah dlm masalah transportasi he..he..*
@fachri
he..he..
sama dong..
@sunarnosahlan
Beda usia..beda pula ‘tingkat safety’nya, pak..he..he..
Kyaaaaaaaaaaaaaaa…! Jangan bawa-bawa Sigunggung donk, Puuuuuttttt….. 😀
membayangkan bus2 kopaja dan metromini bercat mulus. tarikan mesin yang mulus. kursi penumpang yang empuk. ada audio player yang memutar lagu-lagu lembut. wewangaian aroma terapi. supir dan kondektur yang rapi dan ramah.
hahay, khayalan tingkat tinggi.
sekarang malah kangen sama bus2 kopaja, sama bus2 metromini; biarpun apa adanya…
coba transportasi umum di Indonesia ini dibenahi ya… pasti asyik tuh naik bisnya
lebih enak bersepeda sehat.
tapi ya lihat-lihat juga ya..
Udah jarang naik bus sekarang..
Masalahnya, ruang kuliah di kampus jaraknya cuma 20 meter dari halte bus terdekat dari gerbang “-_-
Assalamu’alaikum.
Salam kenal Mbak Syelvia, atau Mbak Putri, ya?
Bagus juga pengalaman di bus diceritakan.
Saya memang sering naik bus Mbak. Tapi kalo naik kereta, lebih asik lagi. “kelakuan” orang2nya lebih “aneh2” lagi. Apalagi KRD Jabotabek.
Oya, minta izin nge-link ke blog-nya Mbak Syelvia ya?
@UchiE
he…he..
Afwan, chi…But that’s the fact, doesn’t it ?
@shavaat
he…he..
Tapi sepertinya suatu saat impian itu bukanlah sesuatu yang mustahil, lho, shavaat..
@zefka
Yupe…Masih harus berbenah, nih, pak.. 😀
@kiraitomy
Kalo dari rumah Putri ke kampus..kayaknya gak mungkin naik sepeda, deh, Kira…
he..he..
@a3u5z1i
Itulah salah satu keuntungan ngekost deket kampus, ya, zi..
@dimaz
Waalaikumsalam wrwb, dimaz
Panggil sy Putri saja, mas Dimaz…
Serunya naik kereta, ya..Kebetulan di Pekanbaru gak ada kereta api makanya…Put gak bisa cerita banyak ttg kereta api 😀
Oh…silahkan..silahkan..terima kasih :d
hm..
udah lama ga’ naik bus..
Wah sayang sekali saya ga pernah merasakan naik bus spt itu….
pengen sih nyobain,tp di bali emang jarang bgt ada bus…
yang ada juga tiap orang bwa mtor sendiri2
Jaman sekarang mah orang cenderung mempraktekkan Hukum Newton I yang merupakan kelembaman. Jadi orang yang udah duduk cenderung untuk tetap ingin duduk, gak banyak orang yang dengan suka rela memberikan tempatnya untuk orang yang lebih membutuhkan. Hehehe…
waduh..belum pernah naik bus kampus euy..lha wong diameter kampus saia cukup ditempuh 5 menit jalan kaki 😀