Kring-kring..Bunyi sepeda

Ketika melihat siswa-siswa SMP yang lalu lalang di depan rumahku dengan mengendarai sepeda motor,  entah kenapa ingatan ini terkadang mereview kembali masa-masa penuh kenangan itu.  Kenangan ? sesuatu yang tak terbantahkan pernah menjadi bagian dari hidupku. Masa-masa penuh kreatifitas dan ketekunan. Gank around, persahabatan yang mengikat erat, kemana-mana berempat, tertawa bersama..

Aku ingat, teman-temanku semasa SMP ‘menunggangi’ sepeda sport mereka lalu akan pasang aksi jumping, menaikkan roda depan sepeda mereka, ato hanya sekedar ngebut adu cepat. Hal-hal konyol, yang kurasa jika mereka mengingatnya sekarang mereka pun akan tersenyum-senyum malu he…he…

Pelajaran olah raga adalah saat yang paling nyantai, biasanya anak laki2 akan bermain basket atau main sepak bola di lapangan sementara kami, para anak perempuan akan duduk di pojokan sambil bercerita ndak jelas. Biasanya aku dan teman-teman dekatku akan menceritakan film-film kartun, ato artis-artis oriental yang sedang booming. Adu informasi ter-update tentang mereka. Tak heran pada masa itu majalah remaja selalu laku keras he..he..Sekali waktu membicarakan tentang kebijakan sekolah. Maklumlah, sekolahku adalah sekolah yang paling disiplin seantero Pekanbaru (kurasa…pada masa itu sekolah kami memang paling keras soal kedisiplinan :D). Semua anak perempuan yang berambut panjang harus mengepang dua rambut mereka dengan pita hitam. Hanya yang berambut pendek yang boleh digerai.  Para anak laki-laki berambut pendek ukuran 3-2-1. Kalo rambut mereka kepanjangan bakal dapat “guntingan gratis” dari Bu KepSek.  Tidak boleh pake rok atau celana kependekan…Selalu ada inspeksi soal pakaian dan rambut. Ketat banget, pokoknya. Tapi semuanya membuat sekolah kami menjadi lebih baik..dan itu memang diakui.

Masa ini juga kusebut masa invention, kenapa demikian ? Hm…aku sudah mengenal dunia sastra melalui puisi. Awal-awal smp aku bahkan begitu rajin menulis puisi. Tentang apa saja..meski kebanyak terinspirasi dari kisah2 kartun he..he..Dan aku menemukan jenis sastra yang lain,  dunia cerpen. Sobatku, sinta, yang mengenalkannya. Aku baru menyadari bahwa mengarang tidak perlu memakai aturan baku yang mengikat. Tulis sesuatu sesuai dengan ide mengalir di kepalamu. Biarkan ia berjalan dalam mimpi dan hidupkan ia dalam tulisan. Aku tak lagi takut mendapat 7 untuk nilai mengarang. Karena aku akhirnya tahu bahwa mengarang itu seharusnya memang dari hati. Dan aku menulis…cerita-cerita fiksi bertaburan di kertas-kertasku. Saat kini aku membuka lagi lembaran-lembaran itu, aku takjub..aku menulis cerita berlembar-lembar hanya dengan pena..hanya dengan pena, sampai tuntas.  Sekarang, ketika aku sudah akrab dengan komputer, tulisanku bahkan masih setengah jalan.

Aku ingat ketika seorang teman bahkan bercerita tentang kekagumannya pada seseorang kala kami masih SMP. Dan aku sungguh terkejut, ketika ia masih menyimpan kekaguman yang sama belasan tahun kemudian. Mereka masih malu-malu membicarakan si ‘person’ dan aku hanya tersenyum. Teman-temanku ternyata masih menjadi secreat admirer sang pangeran, (Is it Ok, to identify him like that, gals ? :D) .

Argh..membicarakan masa lalu terkadang membuat kita rindu akan masa-masa itu. Masa dimana hanya ada kebersamaan dan impian. Menggelung setiap sendi dalam kenangan….

FYI: Terinspirasi sama tulisannya pak NH juga, nih…jadi inget masa2 SMP yang menarik 😀